Sabtu, 31 Mei 2014

Tugas Softskill ke-3: Teori Organisasi Umum 2



Jenis-Jenis Pasar



Sebelum membahas jenis-jenis dari pasar, akan dibahas terlebih dahulu pengertian dari pasar. Pasar merupakan salah satu dari wadah dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan tempat dimana usaha untuk menjual barang, jasa, dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan yang berupa uang. Kegiatan ini merupakan bagian dari bisnis perekonomian.

Disini akan dibahas jenis-jenis dari pasar:
·         Pasar Persaingan Sempurna
·         Pasar Monopoli
·         Pasar Monopolistik
·         Pasar Oligopoli


1. Pasar Persaingan Sempurna
Merupakan pasar dengan jumlah penjual dan pembeli yang banyak sekali sehingga tidak ada satu pun penjual atau pembeli yang bisa mempengaruhi harga dari barang yang dijualnya.

Ciri-cirinya:
1.  Bebas keluar masuk.
2.  Produk-produk yang homogen.
3.  Ada banyak penjual dan pembeli.
4.  Faktor-faktor produksi bergerak bebas.
5.  Tidak ada campur tangan pemerintah.

Kelebihan:
1. Barang yang ditawarkan penjual akan laku berapa pun nominalnya tanpa mengalami penurunan harga.
2. Tidak mungkin mengugah bentuk barang untuk membuat pasar karena adanya homogenitas barang.
3. Konsumen tidak perlu beradu jotos tentang tawar-menawar harga barang karena harga tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun.

Kekurangan:
1. Tidak mendorong inovasi.
2. Distribusi pendapatan yang tidak merata atau tidak seimbang.


2. Pasar Monopoli
Merupakan pasar yang hanya terdapat satu penjual saja dan komoditi atau barang ini tidak ada penggantinya yang sangat mirip atau serupa.

Ciri-cirinya:
1. Tidak adanya barang pengganti yang serupa.
2. Hanya ada satu perusahaan.
3. Adanya hambatan untuk memasuki industri.
4. Promosi dan iklan kurang diperlukan.

Kelebihan:
1. Monopoli bisa memperoleh keuntungan lebih sehingga perusahaan bisa melakukan penelitian dan pengembangan.
2. Di satu sisi monopoli justru menguntungkan konsumen kalau diimbangi efisiensi, tetapi di sisi lain monopoli juga seringkali menjadi sumber inefisiesi.

Kekurangan:
1. Harga produk cenderung tinggi karena produsen cenderung menginginkan keuntungan yang tinggi.
2. Jumlah produk di pasar sangat bergantung dari produsen/ penjual di pasar.
3. Pada pasar monopoli sering terjadi eksploitasi baik terhadap konsumen maupun pemilik faktor produksi.


3. Pasar Monopolistik
Merupakan pasar yang berada di antara dua jenis pasar, yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli.

Ciri-cirinya:
1. Barangnya berbeda corak.
2. Ada banyak penjual.
3. Para pelaku pasar mempunyai sedikit kekuasaan.

Kelebihan:
1. Pasar ini mudah dijumpai oleh konsumen karena sebagian besar kebutuhan sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistik.
2. Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen untuk dapat memilih produk yang terbaik baginya.

Kekurangan:
1. Perusahaan dalam pasar monopolistik umumnya berukuran kecil, sehingga kemampuan bekerja kurang efisien dalam memanfaatkan sumber daya ekonomi dibandingkan dengan pasar monopoli.
2. Konsumen masih harus membayar harga barang yang lebih tinggi dari biaya marginal (MC) untuk menghasilkan barang tersebut. Sebaiknya, tenaga kerja dibayar hanya setinggi MC. yang lebih rendah dari nilai barang yang diproduksi (harga).


4. Pasar Oligopoli
Merupakan pasar yang hanya terdiri atas beberapa perusahaan atau penjual yang menjual produk homogen atau sejenis

Ciri-cirinya:
1. Hanya terjadi di beberapa perusahaan.
2. Menghasilkan barang homogen dan dan berbeda corak.
3. Terdapat hambatan masuk ke dalam pasar sehingga hanya ada sejumlah kecil perusahaan dalam pasar tersebut.

Kelebihan:
1. Jika produsen dalam pasar oligopoli melakukan persaingan dalam harga, maka konsumen juga cenderung mendapatkan harga yang stabil atau kalau pun berubah justru cenderung mengalami penurunan.
2. Produsen dalam pasar oligopoli umumnya perusahaan besar, sehingga mempunyai dana untuk penelitian dan pengembangan yang cukup.

Kekurangan:
1. Dalam pasar oligopoli cenderung terjadi pemborosan penggunaan sumber daya ekonomi, karena produsen tidak beroperasi pada biaya rata-rata (AC) minimum, artinya perusahaan sering beroperasi secra tidak efisien.
2. Ditinjau dari segi distribusi pendapatan masyarakat, pasar oligopoli sering menimbulkan ketidakadilan.



Pengertian dan Konsep-konsep Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional merupakan jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu negara selama satu tahun.

Konsep-konsep Pendapatan Nasional:
 
1. PDB/GDP (Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product)
Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi diwilayah yang bersangkutan

2. PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product)
PNB adalah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu Negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat Negara tersebut yang berada di luar negeri.
GNP = GDP – Produk netto terhadap luar negeri
 
3. NNP (Net National Product)
NNP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu, setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.
NNP = GNP – Penyusutan

4. NNI (Net National Income)
NNI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax)
NNI = NNP – Pajak tidak langsung
 
5. PI (Personal Income)
PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan social, pajak perseorangan dan ditambah dengan transfer payment.
PI = (NNI + transfer payment) – (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan social + Pajak perseorangan )

6. DI (Disposible Income)
DI adalah pendapatan yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh penerimanya.
DI = PI – Pajak langsung


Perputaran Roda Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi suatu negara biasanya dihitung berdasarkan pertumbuhan ril dari GDP negara tersebut, yakni seberapa besar GDP negara bertambah secara ril dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ini dihitung dengan cara membagi nilai dari output suatu sektor ekonomi pada tahun tertentu dengan nilai output sektor tersebut pada tahun sebelumnya dan dikali 100 % kemudian dikurangi 100. Bila GDP mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti pendapatan masyarakat juga akan mengalami pertumbuhan yang tinggi, terlepas dari siapa atau kelompok mana dari masyarakat yang menerima pendapatan tersebut. Untuk dapat memahami lebih dalam tentang GDP perhatikan Lampiran 1.1. GDP Indonesia menurut lapangan usaha berdasarkan harga yang berlaku dan harga konstan.
Seperti diterangkan diatas bahwa GDP dapat dihitung dari sisi pengeluaran aggregate (Aggregate Spending) pelaku ekonomi dalam suatu negara. Pengeluaran aggreaget ini sama dengan Permintaan Agregat karena konsekuensi dari permintaan adalah adanya pengeluaran oleh rumah tangga, investor, pemerintah dan eksportir untuk membeli barang dan jasa.

Pengeluaran Aggregate dapat dikelompokkan atas empat komponen, yaitu:
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
2. Pengeluaran invesatasi oleh pengusaha
3. Pengeluaran pemerintah
4. Permintaan luar negeri

Berikut satu persatu dari komponen Agregat Demand atau Agregat Spending, yaitu:

1. Pengeluaran Konsumsi
Merupakan bagian terbesar dari permintaan agregat yaitu berupa permintaan dari konsumen terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsumsi ini memegang peranan penting dalam perekonomian menurut teori Keynesian karena akan menentukan output dan pendapatan masyarakat suatu negara. Kontribusi konsumsi terhadap pembentukan GDP di Indonesia diperkirakan sebesar 65% dari total GDP. Konsumsi dapat dibagi atas tiga kategori yaitu barang tanah lama (durable goods) seperti mobil, barang tidak tahan lama (nondurable goods), dan jasa (services). Dari sisi asal barang maka barang dan jasa yang dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri terdiri dari barang produksi dalam negeri dan barang /jasa yang diproduksi oleh negara lain yang diimport ke Indonesia. Dalam penghitungan GDP angka import ini harus dikeluarkan dari angka GDP.

2. Pengeluaran Pemerintah
Artinya semua pengeluaran pemerintah yang diperlukan agar roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Pengeluaran pemerintah ini tercantum dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Nasional (APBN). Barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah tidak dihitung nilai tambahnya (value added) seperti halnya pada barang konsumsi karena barang dan jasa yang diproduksi oleh pemerinatah pada umumnya adalah gratis. Pengeluaran pemerintah seperti uang pensiun (transer of payment) tidak dihitung dalam GDP karena pengeluaran tersebut bukan merupakan pembelian terhadap barang atau jasa yang baru diproduksi.

3. Pengeluaran Investasi
Investasi merupakan tambahan terhadap akumulasi modal ditambah dengan perubahan persediaan. Tetapi transaksi saham tidak termasuk dalam penambahan stok modal. Jadi investasi adalah aktifitas yang bisa meningkatkan kemampuan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dimasa mendatang. Contohnya adalah pembelian barang investasi, peralatan, dan pembangunan rumah baru. Sewa dari tumah tersebut dihitung sebagai konsumsi.

4. Permintaan Ekspor Bersih (Net Export)
Komponen terakhir dari GDP adalah net export yaitu selisih antara export dan import (X – M). Export merupakan GDP dari dalam negeri karena merupakan barang atau jasa yang diproduksi di dalam negeri, tetapi tidak dikonsumsi di dalam negeri. Barang ekspor akan dibeli atau dikonsumsi oleh rumah tangga, investor, atau pemerintah negara asing sedangkan import adalah barang yang diproduksi di luar negeri, berarti adalah GDP negara asing.
Dalam GDP yang dihitung adalah net ekspor untuk menghindari penghitungan dua kali (double counting). Barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga, investor, dan pemerintah tidak semuanya diproduksi di dalam negeri tetapi beberapa barang yang dibeli tersebut berasal dari luar negeri. Jadi komponen pengeluaran aggeregate yang diuraikan diatas - pengeluaran rumah tangga, investor dan pemerintah – sebagiannya adalah barang yang diproduksi di luar negeri, berarti adalah GDP negara asing atau bukan merupakan GDP Indonesia. Karena itu untuk mengkoreksinya maka ekspor harus dikurangi dengan impor agar barang import tidak terhitung sebagai GDP kita, karena yang termasuk dalam GDP Indonesia adalah konsumsi rumah tangga berupa barang-barang produksi dalam negeri, ditambah dengan belanja barang investor, ditambah belanja barang pemerintah dan ditambah dengan nilai barang yang diekspor ke luar negeri. Barang-barang import yang telah dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri tidak bisa dihitung sendiri karena telah masuk dalam perhitugan jumlah konsumsi. Nilai barang import ini tentu sama dengan jumlah nilai barang yang diimport yang tercatat di Bea dan Cukai sehingga dengan mengeluarkannya dari angka export maka sama dengan mengeluarkannya dari angka konsumsi barang import.


Metode Penghitungan Pendapatan Nasional
Perhitungan Pendapatan Nasional:

1. Metode Produksi
Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sector ekonomi masyarakat dalam periode tertentu.
Y = [(Q1 X P1) + (Q2 X P2) + (Qn X Pn) ……]

2. Metode Pendapatan
Pendapatan nasional merupakan hasil penjumlahan dari seluruh penerimaan berupa rent, wage, interest, profit yang diterima oleh pemilik factor produksi adalam suatu negara selama satu periode.
Y = r + w + i + p

3. Metode Pengeluaran
Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga ekonomi (RTK, RTP, RTG, RT Luar Negeri) dalam suatu negara selama satu tahun.
Y = C + I + G + (X – M)


Masalah dan Keterbatasan Perhitungan PDB

Permasalahan PDB terletak pada pembandingan tingkat kemakmuran atau kesejahteraan suatu negara dari tahun ke tahun, akan terjadi biasa jika kita salah menggunakan perhitungan PDB .
Keterbatasan Perhitungan PDB yaitu PDB tidak memasukan memasukan transaksi yang terjadi pada “underground economy” (perekonomian bawah tanah). Perekonomian seperti sektor informal atau sektor illegal seperti penjualan narkoba, dan sektor lain yang sulit tercatat oleh negara tidak masuk dalam perhitungan PDB. Ini menyebabkan nilai PDB cenderung dapat undervalued (lebih rendah) dari yang seharusnya. PDB tidak selalu mencerminkan ukuran kesejahteraan sosial suatu negara, PDB hanya mengukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu negara dan bagaimana sturktur serta perkembangannya antarwaktu. Untuk mengukur kemakmuran suatu negara, PDB merupakan indikator yang cukup baik. Akan tetapi, kesejahteraan suatu negara lebih kompleks dari hanya sekedar pendapatan yang tinggi. Beberapa indikator untuk menunjukan tingkat kesejahteraan adalah tingkat pengangguran, tingkat kematian ibu dan bayi, angka harapan hidup, tingkat buta huruf, dan lain-lain perlu diperhatikan juga.
PDB tidak mencerminkan pemerataan pendapatan. Nilai PDB suatu negara tidak dapat menunjukan apakah pendapatan nasional tersebut terbagi secara merata diantara penduduknya atau tidak. Bebarapa negara mengalami ketimpangan ekonomi yang besar dengan sebagian kecil penduduk menikmati sebagian besar PDB. 


Sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar