Pada saat saya duduk di bangku SD
kelas 3 tepatnya pada umur 8 tahun, saya mengalami kejadian tidak mengenakkan
yang tidak akan pernah saya lupakan dalam ingatan saya dan sampai sekarang saya
masih merasakan efek dari kejadian tragis itu sendiri.
Suatu hari, saya dengan 2 teman saya
sebut saja Adit dan Aji sedang bermain sepeda pada sore hari. Kami memang rutin
melakukan kegiatan ini walau terkadang jarang melakukannya juga karena kami
biasanya disuruh mengaji oleh orang tua. Saya dengan Adit dan Aji sudah
bersahabat dari kecil, bagaimana tidak, karena rumah kami memang berdekatan dan
SD pun bersama-sama dengan mereka. Saat pulang sekolah pun kami sering
mengerjakan PR bersama-sama. Prinsip orang tua kami pun sama “setiap kamu mau
bermain, dikerjakan dulu PR-nya sampai selesai. Jika tidak selesai, tidak boleh
bermain” itulah kadang yang membuat kami kesal -_- tapi kami selalu
menurutinya.
Singkat cerita, pada sore itu saya
dengan Adit dan Aji bermain sepeda bersama-sama memutari komplek. Kadang jika
kami sedang ada niat, kami bisa bersepeda sampai daerah kawasan Brigif yang
terbilang jauh saat itu. Kami terkadang main kebut-kebutan saat bersepeda
dengan mereka. Dan itulah awal petaka bagi saya. Saat kami sudah selesai
memutari komplek dengan bersepeda, kami pun sampai dirumah langsung minum air
putih. Saat yang bersamaan, pamanku mau pulang dari rumahku dengan menggunakan
motor Astrea. Saya pun langsung mengejarnya dibelakang menggunakan sepedaku.
Saya pun mencoba gaya kebut-kebutan tadi untuk mengejar pamanku dan belum jauh
dari rumah, saya lupa jika ada polisi tidur disitu dan saya langsung menekan
rem depan. Akhirnya saya pun jatuh dengan posisi muka menghadap ke tanah duluan
karena aku terlempar dari sepeda saat menekan rem depan tadi. Saya pun menangis
kesakitan saat itu karena yang lebih parahnya lagi, gigi depanku patah
setengah, terlihat dengan jelas gusiku yang merah bercampur darah menetes.
Disaat bersamaan pamanku langsung menggendongku ke rumah dengan
tetangga-tetangga sekitar yang melihat kejadian kecelakaanku tadi.
Akhirnya ibuku memutuskan untuk
membawaku ke dokter gigi untuk ditambal gigiku yang setengah itu. Kejadian itu
membuatku harus izin dari sekolah kurang dari 2 minggu karena disaat kejadian
itu, aku juga sakit panas. Saya pun masih bersyukur karena gigiku bisa
berfungsi kembali seperti semula karena sebelumnya saya merasakan sakit yang
amat parah ketika mengunyah makanan. Walau tambalan pada gigi saya terlihat
agak aneh, tapi saya bersyukur gigi saya bisa berfungsi kembali seperti semula.
J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar