Rabu, 27 November 2013

Kecelakaan Bersepeda




            Pada saat saya duduk di bangku SD kelas 3 tepatnya pada umur 8 tahun, saya mengalami kejadian tidak mengenakkan yang tidak akan pernah saya lupakan dalam ingatan saya dan sampai sekarang saya masih merasakan efek dari kejadian tragis itu sendiri.
            Suatu hari, saya dengan 2 teman saya sebut saja Adit dan Aji sedang bermain sepeda pada sore hari. Kami memang rutin melakukan kegiatan ini walau terkadang jarang melakukannya juga karena kami biasanya disuruh mengaji oleh orang tua. Saya dengan Adit dan Aji sudah bersahabat dari kecil, bagaimana tidak, karena rumah kami memang berdekatan dan SD pun bersama-sama dengan mereka. Saat pulang sekolah pun kami sering mengerjakan PR bersama-sama. Prinsip orang tua kami pun sama “setiap kamu mau bermain, dikerjakan dulu PR-nya sampai selesai. Jika tidak selesai, tidak boleh bermain” itulah kadang yang membuat kami kesal -_- tapi kami selalu menurutinya.
            Singkat cerita, pada sore itu saya dengan Adit dan Aji bermain sepeda bersama-sama memutari komplek. Kadang jika kami sedang ada niat, kami bisa bersepeda sampai daerah kawasan Brigif yang terbilang jauh saat itu. Kami terkadang main kebut-kebutan saat bersepeda dengan mereka. Dan itulah awal petaka bagi saya. Saat kami sudah selesai memutari komplek dengan bersepeda, kami pun sampai dirumah langsung minum air putih. Saat yang bersamaan, pamanku mau pulang dari rumahku dengan menggunakan motor Astrea. Saya pun langsung mengejarnya dibelakang menggunakan sepedaku. Saya pun mencoba gaya kebut-kebutan tadi untuk mengejar pamanku dan belum jauh dari rumah, saya lupa jika ada polisi tidur disitu dan saya langsung menekan rem depan. Akhirnya saya pun jatuh dengan posisi muka menghadap ke tanah duluan karena aku terlempar dari sepeda saat menekan rem depan tadi. Saya pun menangis kesakitan saat itu karena yang lebih parahnya lagi, gigi depanku patah setengah, terlihat dengan jelas gusiku yang merah bercampur darah menetes. Disaat bersamaan pamanku langsung menggendongku ke rumah dengan tetangga-tetangga sekitar yang melihat kejadian kecelakaanku tadi.
            Akhirnya ibuku memutuskan untuk membawaku ke dokter gigi untuk ditambal gigiku yang setengah itu. Kejadian itu membuatku harus izin dari sekolah kurang dari 2 minggu karena disaat kejadian itu, aku juga sakit panas. Saya pun masih bersyukur karena gigiku bisa berfungsi kembali seperti semula karena sebelumnya saya merasakan sakit yang amat parah ketika mengunyah makanan. Walau tambalan pada gigi saya terlihat agak aneh, tapi saya bersyukur gigi saya bisa berfungsi kembali seperti semula. J
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar